Jumat, 11 Maret 2022

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua & Masyarakat sekitar sekolah) dan abiotik (keuangan & sarana prasarana). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. 

Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer untuk  menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1.     Modal Manusia

2.     Modal Sosial

3.     Modal Fisik

4.     Modal Lingkungan/alam

5.     Modal Finansial

6.     Modal Politik

7.     Modal Agama dan budaya

Sehubungan dengan Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya maka Pendekatan berbasis asset dapat diterapkan diawali dengan perubahan pola piker (mindset) dan sikap yang positif. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi dan tantangan untuk mengembangkan kapasitas yang dimiliki untuk pembangunan sumber daya. Menciptakan perubahan positif dapat dimulai dari cara bagaimana untuk berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan perubahan.

Implementasi Pemimpin Pembelajaran di dalam kelas maka perubahan dapat dilakukan dengan melibatkan murid untuk mendapatkan ide dan memberikan kesempatan mereka untuk mengungkapkan pendapat agar dapat menciptakan pembelajaran dan lingkungan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Dalam lingkungan sekolah dapat dimulai dengan membangun komunikasi bersama warga sekolah untuk mengupayakan suatu tindakan dan perubahan yang lebih baik lagi seperti lingkungan sekolah yang asri dan dapat berdampak bagi masyarakat sekitar dengan mencanangkan peduli kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar yang dimulai dari lingkungan sekitar sekolah.

Dengan adanya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas, antara lain pada saat semua sarana prasarana yang ada dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru-guru yang memiliki kompetensi serta dukungan dari orang tua maka akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan baik di sekolah. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar untuk pembelajaran secara langsung, menggunakan media pembelajaran yang didapat dari lingkungan akan lebih bermakna bagi murid.

Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa maksud pendidikan itu adalah menuntuk segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dari filosofi tersebut, maka sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya harus fokus pada mengembangkan kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk anak dimerdekakan sesuai dengan kodrat mereka. Dan peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran harus memprakarsai suasana yang nyaman sesuai dengan kebutuhan murid dengan membuat lingkungan sekolah yang dapat mengembangkan semua aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang murid. Dan untuk mengembangkan sumber daya sekolah maka harus sesuai dengan visi sekolah yang akan dicapai dan menerapkan budaya positif yang dapat dimulai dengan memiliki cara berpikir positif agar dapat mengembangkan potensi sumber daya yang sekolah miliki. Dengan mampu mengembangkan sumber daya yang miliki maka dapat menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan memenuhi kebutuhan belajar melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional.

Setelah saya mempelajari modul Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya ada banyak hal yang mengubah cara pikir saya dalam melihat situasi dan kondisi yang ada di sekolah, dari melihat keterbatasan yang kami miliki di sekolah beralih kepada potensi dan pencapaian yang sekolah kami miliki. Dengan membangun komunikasi dan diskusi dengan warga sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah dan rekan Guru, kami telah melakukan pemetaan 7 aset/modal yang sekolah miliki dan hal ini baru pertama kami laksanakan. Dan saat ini mulai ada ide-ide baru yang ingin saya kembangkan dan prakarsai untuk dilakukan di sekolah dengan menerapkan metode BAGJA atau 5D (Define, Discovery, Dream, Design, Destiny/Deliver) dengan berkolaborasi bersama warga sekolah termasuk di dalamnya murid kelas saya untuk menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi mereka.

 

Senin, 07 Maret 2022

3.2.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 21

 PROCESS

Dalam kegiatan pekan ini CGP melakukan diskusi kelompok dalam Ruang Kolaborasi – Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dan masing-masing CGP membuat video pemetaan aset/modal yang dimiliki oleh sekolah dan daerah masing-masing untuk didiskusikan dalam Ruang Kolaborasi – Forum Kelompok dan diberikan umpan balik oleh anggota kelompok lain. Dalam Ruang Kolaborasi, masing-masing CGP berdiskusi secara daring memaparkan 7 aset/modal sekolahnya, kemudian menyajikannya dalam bentuk poster, table, mindmap, dan lainnya. Dan saat pertemuan selanjutnya masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya untuk kemudian diberikan umpan balik oleh kelompok lain.

 CREATIVITY

Dalam melakukan pemetaan 7 aset/modal di sekolahnya maka CGP harus mampu mengidentifikasi semua potensi yang ada dengan berkolaborasi bersama Kepala Sekolah dan rekan guru untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai 7 aset/modal yang sudah ada.

 FACTS

 Modal manusia : Kepala sekolah dan  guru yang berkompetensi.

2.      Modal sosial : norma/etika yang dimiliki oleh sekolah, asosiasi mitra sekolah dalam membangun hubungan yang baik (networking).

3.      Modal fisik : bangunan dan infrastruktur yang dimiliki oleh sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.

4.      Modal lingkungan/alam : potensi yang ada di sekitar sekolah berupa alam dan tanah yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.

5.      Modal finansial : keuangan yang dimiliki oleh sekolah dan bagaimana mengembangkan keuangan melalui entrepreneurship.

6.      Modal politik : bagaimana hubungan dalam berorgannisasi untuk pengambilan keputusan, keterlibatan dalam komunitas lain seperti akses Kesehatan, listrik, dll.

7.      Modal agama dan budaya : peran agama dan budaya yang ada di lingkungan sekitar sekolah akan mempengaruhi dengan turut melestarikan dan mengenalkan perbedaan agama.

BENEFITS

Pada saat diskusi dalam Ruang Kolaborasi CGP saling berbagi tentang potensi 7 aset/modal yang dimiliki oleh sekolah lainnya, saya mendapatkan ide-ide baru dalam mengembangkan potensi di sekolah yang bisa disesuaikan dengan budaya lokal yang kami miliki, misalnya dalam pengembangan modal sosial dan politik serta financial.

FEELINGS

Pada awalnya saat melihat modal/aset yang dimiliki oleh sekolah lain perasaannya minder karena begitu banyak modal/aset yang mereka dimiliki jika dibandingkan dengan sekolah kami. Tapi setelah mempelajari lebih lagi tentang Pendekatan Berbasis Aset, maka berusaha untuk melihat potensi bukan kepada permasalahan atau kendala, sehingga pada saat itu perasaan saya menjadi berantusias untuk mengembangkan potensi dari aset/modal yang ada.

CAUTIONS

Kesulitan yang dialami dalam melakukan pemetaan 7 modal/aset yang dimiliki oleh sekolah adalah saat mengidentifikasi modal sosial dan politik sehubungan dengan dukungan pemerintah dan masyarakat setempat dalam hal ini di lingkungan sekitar sekolah yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Dan pengembangan modal financial melalui DUDI karena masih kurangnya jaringan yang dimiliki untuk bisa mengakses CSR (Corporate Social Responsibility) DUDI yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

 

 


Minggu, 20 Februari 2022

3.1.a.9 Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan filosofi Pratap Triloka yang terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa dan Tut wuri handayani. Pratap Triloka ini memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dimana pada seorang berada seorang pemimpin pembelajaran harus menjadi teladan (Ing ngarso sung tulodo) di dalam mengambil keputusan dengan bijaksana yang tepat dan efektif dengan melakukan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak kepada murid dan bertanggung jawab sebagai seorang pemimpin yang dapat diteladani. Seorang pemimpin pembelajaran dalam menerapkan ing madya mangun karsa dalam pengambilan keputusan dengan membangun motivasi intrinsik dapat dengan yakin mengambil keputusan tanpa keraguan bahwa mampu menjalankan keputusan tersebut dan dengan mendapatkan dukungan dari orang/lingkungan sekitar yang bisa menjadikan motivasi ekstrinsik agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Dan Tut wuri handayani sebagai seorang pemimpin pembelajaran memberikan ruang kepada murid untuk dapat memberikan sumbangsih di dalam menyelesaikan permasalahan dengan menerapkan 9 (Sembilan) Langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan, dengan memberikan dorongan bagaimana sebagai seorang pemimpin juga dapat meng-empower orang disekitarnya untuk juga bisa menjadi calon pemimpin.

Di dalam pengambilan keputusan ada 3 prinsip resolusi penyelesaian dilema, yaitu:

1.    Berpikir berbasis hasil akhir

2.    Berpikir berbasis peraturan

3.    Berpikir berbasis rasa peduli

Di dalam setiap individu sudah tertanam nilai-nilai yang terbentuk baik oleh dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitar yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Secara pribadi saya adalah tipe yang melakukan sesuatu harus berdasarkan urutan, aturan atau panduan dalam pelaksanaannya, sehingga prinsip yang sering kali dilakukan cenderung mengarah kepada berpikir berbasis peraturan. Akan tetapi, seiring saya mempelajari dan menggunakan 9 (Sembilan) Langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan untuk menjadi seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memilih prinsip yang paling tepat berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang ada pada situasi tersebut, dengan mengutamakan kepentingan murid dan dapat bertanggung jawab dalam mengambil keputusan tersebut. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan dan melakukan refleksi dari semua keputusan tersebut, karena selama kegiatan pembelajaran bisa saja akan ada masalah-masalah yang timbul maka sebagai pemimpin pembelajaran akan semakin terlatih untuk mampu mengambil keputusan dengan waktu yang lebih singkat namun tepat dan efektif.

Pada saat kegiatan Ruang Kolaborasi – Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, Fasilitator memberikan penguatan dalam melakukan pengujian pengambilan keputusan, agar dapat membedakan setiap permasalahan atau kasus yang sedang kita hadapi, antara lain apakah ada dilema etika (benar lawan benar) atau bujukan moral (benar lawan salah), dengan melakukan 9 (Sembilan) langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan, jika pada uji  benar atau salah ditemukan ada kesalahan maka itu merupakan bujukan moral dan kita harus melakukan yang benar. Kemudian ada juga permasalahan atau kasus yang muncul dapat kita selesaikan melalui Coaching, sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus lebih jeli dalam menilai permasalahan tersebut jika tidak ada nilai-nilai kebajikan universal yang saling berlawanan, maka permasalahan dapat diselesaikan antara lain dengan melakukan coaching model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, Tanggung jawab).

Untuk seorang guru mampu mengambil keputusan yang tepat dan efektif maka dibutuhkan kemampuan sosial emosional yang baik, harus mampu bertahan saat menghadapi permasalahan sekaligus juga harus mampu memecahkan masalahnya. Bagaimana seorang guru dapat menempatkan posisinya pada saat mengambil keputusan. Guru harus mampu memahami dirinya dan orang lain, dan dapat bertanggung jawab dalam setiap keputusan yang diambil. Pengambilan keputusan juga membutuhkan dukungan dari orang di sekitar kita, jadi dibutuhkan interaksi dan komunikasi yang santun dan empatik agar mendapatkan keputusan yang tepat dan dukungan untuk setiap keputusan yang telah diambil.

Dalam setiap studi kasus ada 4 paradigma yang seringkali muncul, yaitu paradigma individu lawan masyarakat, keadilan lawan belas kasihan, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka pendek lawan jangka Panjang, setelah ditemukan adanya nilai-nilai kebajikan yang bertentangan dalam kasus tersebut, maka dalam pengambilan keputusan akan menggunakan 3 prinsip resolusi yang sudah disebutkan di atas. Nilai-nilai sebagai seorang guru penggerak adalah Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid maka nilai-nilai inilah yang harus menjadi penuntun dalam kita memilih prinsip pengambilan keputusan.

Setiap pengambilan keputusan yang tepat belum tentu akan disetujui atau menguntungkan semua orang karenanya bisa mengakibatkan terjadinya pro dan kontra sehingga kemungkinan berdampak pada situasi, kondisi dan lingkungan tersebut. Namun sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil keputusan yang dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Bagaimana caranya, menurut saya dengan membangun hubungan yang baik dengan semua pihak dengan menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing tiap pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.

Pada saat menjalankan keputusan terhadap kasus dilema etika yang kami diskusikan di komunitas praktisi sekolah, pada awalnya adalah bagaimana menyadari bahwa terjadinya dilema etika dan menentukan siapa saja yang terlibat dalam masalah tersebut. Pada saat ada orang tua murid yang terlibat dalam kasus tersebut maka untuk menjalankannya dibutuhkan pertimbangan yang dapat mengubah paradigma dilema etika. Karena bisa saja orang tua memiliki paradigma dan prinsip pengambilan keputusan yang berbeda dengan guru. Karena itu agar memiliki paradigma yang sama antara guru dan orang tua dibutuhkan kolaborasi untuk bersama menyelesaikan permasalahan tersebut.

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan harus juga memperhatikan bagaimana memerdekakan murid-murid kita, oleh karena itu dengan guru menjadi teladan dalam mengambil keputusan, murid-murid diharapkan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan pada saat mereka menghadapi permasalahan yang bertanggun jawab. Pengajaran yang berpihak pada murid untuk mereka berkembang sesuai dengan kodrat dan zamannya.

Oleh sebab itu, dengan adanya filosofi Pratap Triloka yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan akan mempengaruhi kehidupan saat ini dan masa depan murid-muridnya. Guru akan menjadi sahabat murid pada saat mereka menghadapi masalah yang akan mendampingi mereka untuk mendapatkan solusinya.

Setelah saya mempelajari modul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran dikaitkan dengan bagaimana seorang guru menjadi teladan bagi murid untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila dengan memerdekakan mereka dalam pembelajaran termasuk di dalamnya untuk membangun kemampuan sosial emosional dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan, dimana nilai seorang guru penggerak harus berpihak pada murid. Dalam pengambilan keputusan juga harus mampu mengenal permasalahannya apakah adanya dilema etika dan bujukan moral untuk menyelesaikannya yang dapat diselesaikan dengan melakukan coaching atau dengan melakukan 9 (Sembilan) langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan.

Demikianlah koneksi antar materi di modul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Semoga bermanfaat bagi semua guru yang merupakan pemimpin pembelajaran di kelasnya masing-masing. 

Untuk pembaca dimohonkan untuk dapat memberikan masukan, saran dan penguatan pada blog saya ini. 

Salam Guru Penggerak


 

Senin, 14 Februari 2022

Jurnal Refleksi Minggu 18 - PGP Angkatan 3 Kota Manado

 Description

Di awal pekan ini dimulai dengan Eksplorasi Konsep – Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan dengan menerapkan 9 langkah pada studi kasus. Kemudian dilanjutkan dengan Forum Diskusi dilakukan secara asinkron untuk membahas salah 1 kasus dari 10 kasus untuk dianalisis berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam studi kasus yang mereka dapatkan dan memberi tanggapan pada studi kasus CGP lainnya dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut. Dihari ke-3 masuk dalam Ruang Kolaborasi – Pengambilan Keputusan dilakukan secara daring melalui GMeet untuk mendiskusikan kasus pilihan kelompok kami yang diambil dari kasus anggota kelompok kami yang pernah terjadi. Dan dihari ke-4 masing-masing kelompok melakukan presentasi analisis setiap kasus dan ditanggapi oleh anggota kelompok lain berdasarkan analisis masing-masing CGP terhadap kasus yang sama sesuai dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dan dihari terakhir melakukan Refleksi Terbimbing - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran.

 

Ruang Kolaborasi - Kerja Kelompok

Ruang Kolaborasi - Presentasi
Examination

Dari eksplorasi konsep Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin berdasarkan 4 paradigma (Individu lawan Masyarakat, Rasa Keadilan lawan Rasa Kasihan, Kebenaran lawan Kesetiaan, atau Jangka Pendek lawan Jangka Panjang), 3 prinsip (Berpikir berbasis hasil akhir, peraturan atau rasa peduli) dan menerapkan 9 langkah dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai bertentangan. Dan dalam setiap permasalahan yang timbul akan menjadi dilema etika pada saat ada kebenaran melawan kebenaran, jika kebenaran melawan kesalahan akan menjadi bujukan moral, dan ketika permasalahan yang dapat diselesaikan maka dapat melakukan coaching.

 Articulation of Learning

Dan tujuan dari pembelajaran ini sangat membantu saya sebagai CGP dalam melakukan tugas sebagai seorang pemimpin dalam kelas terhadap siswa, sebagai rekan guru pada saat dalam komunitas praktisi dan mendukung Kepala Sekolah dalam setiap program yang ada di sekolah.

Hal ini lah yang menarik buat saya sehingga menambah wawasan untuk melakukan analisis dalam menyelesaikan permasalahan secara khusus sebagai pemimpin pembelajaran.

Sabtu, 05 Februari 2022

Jurnal Refleksi - Minggu 17 PGP Angkatan 3

Refleksi menggunakan model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL). 
Description
Setelah 1 bulan masa jeda Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 kembali dilanjutkan pada tanggal 2 Februari 2022 dengan mengikuti Pretes Paket Modul 3 "Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah".
Pada bagian pertama materi yang dibahas adalah tentang "Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran" yang dalam pendahuluan ada surat dari Instruktur yang mengutip Albert Einstein bahwa "Janganlah berjuang untuk menjadi orang yang sukses, namun berjuanglah untuk menjadi orang yang bermanfaat" mengantar kepada pemikiran bahwa sebagai seorang pemimpin harus membawa manfaat terutama didalam pengambilan keputusannya. Sebagai awal pada bagian Mulai dari Diri untuk mengaktifkan pengetahuan awal CGP diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil wawancara Bapak Nadiem Makarim tentang Kepemimpinan, berbagi pengalaman tentang pengambilan keputusan dan mengisi Survey pengalaman keputusan. 
Pada bagian Eksplorasi Konsep diantar dengan bagaimana pengambilan keputusan seringkali bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika yang berlaku secara universal yang berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, misalnya: keadilan, kejujuran, kesetiaan, tanggung jawab, dll. Untuk itulah maka ada disebut dengan Dilema Etika (ethical dilemma) dan Bujukan Moral (moral temptation). Secara umum dilema etika memiliki kategori:
👉 Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
👉 Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
👉 Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
👉 Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Kemudian dalam perilaku manusia pada umumnya memiliki prinsip-prinsip yang mendasari pemikirannya untuk mengambil keputusan, yaitu:
1. Melakukan demi kebaikan orang banyak. 
2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri anda. 
3. Melakukan apa yang anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri anda. 
Pada setiap pembahasan CGP diberikan tugas untuk melakukan pilihan dan menganalisis dilema-dilema serta melakukan wawancara dengan rekan guru yang kemudian membuat analisisnya. 
Examination
Dari semua proses pembelajaran yang saya dapat tentang pengambilan keputusan dengan membandingkan apa yang selama ini sudah dilakukan dan mengalaminya, ada saat dimana dilema etika dan bujukan moral selalu ada pada situasi tersebut yang membuat timbul keraguan. Dan dari penjelasan Instruktur, saya menyadari kecenderungan dalam pengambilan keputusan sering menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri saya (Rule-Based Thinking). 
Articulation of Learning
Dari apa yang sudah saya pelajari untuk menjadi pemimpin pembelajaran akan senantiasa diperhadapkan dengan dilema etika dan harus menghindarkan dir dari bujukan moral dengan menerapkan Rule-Based Thinking. Dan dalam pengambilan keputusan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga meminimalisir kekurangan dari setiap prinsip tersebut. 

Salam Bahagia

Senin, 15 November 2021

Aksi Nyata "Budaya Positif"

Di akhir modul 1.4 Budaya Positif Calon Guru Penggerak mengimplementasikan pemahaman terkait budaya positif yang diharapkan dapat membantu murid belajar dengan aman dan nyaman sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara, dan juga mendapat kesempatan untuk membagikan pemahaman dan pengalaman kepada rekan guru-guru. 
Dalam pelaksanaannya di kelas, saya menerapkan pembuatan "Kesepakatan Kelas", karena murid saya berada di jenjang TK maka melakukan penyesuaian sesuai dengan tingkat pemahaman murid, yaitu dengan menjelaskan kebajikan universal yang dapat dilakukan menjadi kesepakatan kelas bersama untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan membahagiakan murid. 
Untuk membagikan pemahaman dan pengalaman, saya mengundang rekan guru yang ada dalam Pusat Kegiatan Gugus PAUD Kecamatan Singkil khususnya Gugus Edelweis sebanyak 5 orang. 
Berikut link pertemuannya:

Minggu, 03 Oktober 2021

Jurnal Refleksi Minggu 7 Program Guru Penggerak Angkatan 3

Minggu ini masuk pada kegiatan Demontrasi Kontekstual – Visi Guru Penggerak, dengan menerapkan manajemen perubahan Inkuiri Apresiatif menggunakan Tindakan perubahan dengan tahapan B-A-G-J-A : B-uat pertanyaan, A-mbil pelajaran, G-ali mimpi (Dream), J-abarkan rencana, A-tur eksekusi.
Dalam Pendampingan Individu yang dilakukan oleh Pengajar Praktik, dilaksanakan secara tatap muka sekaligus mewawancarai Kepala Sekolah, Rekan sejawat dan perwakilan peserta didik dan juga pengisian kuisioner dari responden CGP, Kepala Sekolah dan Rekan Sejawat.
Tindakan perubahan yang saya lakukan adalah Prakarsa perubahan “Melatih murid untuk menghargai kebaikan positif dari temannya dan memberikan apresiasi positif ke orang lain melalui Amplop Kebaikan” yang rencananya akan mulai diterapkan di minggu selanjutnya. Setelah dibagikan di Forum Diskusi semua CGP saling memberikan umpan balik pada tugas yang sudah dibagikan. 
Dalam Elaborasi Pemahaman – Visi Guru Penggerak, menghubungkan visi CGP dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara serta pendekatan inkuiri apresiatif, termasuk dengan Profil Pelajar Pancasila yang akan dituangkan dalam visi pribadi bagi murid dan sekolah dituangkan dalam bentuk Refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi tatap maya bersama Instruktur Ibu Shirley Puspitawati.
Dalam koneksi antar materi, semua materi yang sudah dipelajari dirumuskan dalam bentuk visi yang sesuai dengan Filosofi KHD, Nilai dan Peran Guru Penggerak. Adapun visi saya “Mewujudkan Peserta Didik yang Cerdas, Ceria, Berakhlak Mulia, Kreatif dan Tangguh”. Kemudian merancang strategi perubahan sesuai dengan Inkuiri Apresiatif tahapan B-A-G-J-A.
Diakhiri dengan Lokakarya 2 yang membahas tentang Komunitas Belajar, maksud dan tujuan, cara membentuk komunitas di mulai dari sekolah serta Analisa Peran CGP.
Kesulitan yang dialami adalah saat melakukan pemetaan tahapan B-A-G-J-A saat melakukan koneksi materi, karena masih kurang pahamnya bagaimana menentukan Prakarsa perubahan berdasarkan visi CGP. Untuk mengatasi kendala tersebut saya mempelajari lagi tahapan pelaksanaan B-A-G-J-A secara khusus Tindakan, Riset dan Penyelidikan yang tepat sesuai tahapan agar bisa merencakana perubahan yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan sekolah.

Dalam pelaksanaan perubahan yang saya sudah lakukan di sekolah mendapatkan dukungan dari Kepala Sekolah dan Rekan Sejawat membuat saya senang, walaupun baru 1 langkah kecil yaitu bagaimana menerapkan Social Emotional Learning secara bertahap yang diawali dengan pembuatan Amplop Kebaikan untuk diajarkan kepada peserta didik bagaimana memberikan apresiasi kepada temannya yang sudah berbuat baik kepadanya, sekaligus mengenalkan cara bagaimana melakukan kebaikan kepada orang lain.

Dalam melakukan Tindakan perubahan yang diawali dengan memetakan perubahan yang akan dilakukan melalui tahapan B-A-G-J-A yang menerapkan filosofi manajemen perubahan Inkuiri Apresiatif bagaimana menemukan/mengembangkan kemampuan-kemampuan atau potensi yang sudah dimiliki untuk dikembangkan bahkan mencari hal-hal baru yang dapat mengembangkan potensi, sehingga kelemahan atau kekurangan menjadi tidak relevan lagi.

Dari apa yang sudah saya pelajari akan saya kembangkan dan laksanakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimiliki untuk mencapai visi CGP. Terus melakukan praktik baik, membagikan semua pengetahuan yang sudah didapatkan untuk Rekan Sejawat untuk berkolaborasi melakukan perubahan untuk kemajuan peserta didik dan sekolah.

(Refleksi menggunakan Model 4F: Facts, Feelings, Findings & Futures) 

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang ...