Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua & Masyarakat sekitar sekolah) dan abiotik (keuangan & sarana prasarana). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Pendekatan
berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang
mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.
Pendekatan berbasis
aset (Asset-Based Thinking) adalah
sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer untuk menemukan dan mengenali hal-hal yang positif
dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita
diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi
inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Menurut
Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community
development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai
modal utama, yaitu:
1.
Modal Manusia
2.
Modal Sosial
3.
Modal Fisik
4.
Modal Lingkungan/alam
5.
Modal Finansial
6.
Modal Politik
7.
Modal Agama dan
budaya
Sehubungan dengan Pemimpin Pembelajaran dalam
Pengelolaan Sumber Daya maka Pendekatan berbasis asset dapat diterapkan diawali
dengan perubahan pola piker (mindset) dan sikap yang positif. Sekolah
harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi dan tantangan untuk
mengembangkan kapasitas yang dimiliki untuk pembangunan sumber daya. Menciptakan
perubahan positif dapat dimulai dari cara bagaimana untuk berpikir bersama dan
mencetuskan/memulai suatu tindakan perubahan.
Implementasi Pemimpin Pembelajaran di dalam kelas
maka perubahan dapat dilakukan dengan melibatkan murid untuk mendapatkan ide
dan memberikan kesempatan mereka untuk mengungkapkan pendapat agar dapat menciptakan
pembelajaran dan lingkungan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Dalam
lingkungan sekolah dapat dimulai dengan membangun komunikasi bersama warga
sekolah untuk mengupayakan suatu tindakan dan perubahan yang lebih baik lagi seperti
lingkungan sekolah yang asri dan dapat berdampak bagi masyarakat sekitar dengan
mencanangkan peduli kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar yang dimulai
dari lingkungan sekitar sekolah.
Dengan adanya pengelolaan sumber daya yang tepat
akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas, antara lain
pada saat semua sarana prasarana yang ada dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
pembelajaran oleh guru-guru yang memiliki kompetensi serta dukungan dari orang
tua maka akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan baik di sekolah.
Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar untuk pembelajaran secara langsung,
menggunakan media pembelajaran yang didapat dari lingkungan akan lebih bermakna
bagi murid.
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa maksud
pendidikan itu adalah menuntuk segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dari
filosofi tersebut, maka sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola
sumber daya harus fokus pada mengembangkan kekuatan yang dimiliki oleh
sekolah untuk anak dimerdekakan sesuai dengan kodrat mereka. Dan peran guru
penggerak sebagai pemimpin pembelajaran harus memprakarsai suasana yang nyaman
sesuai dengan kebutuhan murid dengan membuat lingkungan sekolah yang dapat
mengembangkan semua aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang murid. Dan
untuk mengembangkan sumber daya sekolah maka harus sesuai dengan visi sekolah
yang akan dicapai dan menerapkan budaya positif yang dapat dimulai dengan
memiliki cara berpikir positif agar dapat mengembangkan potensi sumber daya
yang sekolah miliki. Dengan mampu mengembangkan sumber daya yang miliki maka dapat
menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan memenuhi kebutuhan belajar
melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional.
Setelah saya mempelajari modul Pemimpin
Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya ada banyak hal yang mengubah cara pikir
saya dalam melihat situasi dan kondisi yang ada di sekolah, dari melihat
keterbatasan yang kami miliki di sekolah beralih kepada potensi dan pencapaian
yang sekolah kami miliki. Dengan membangun komunikasi dan diskusi dengan warga
sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah dan rekan Guru, kami telah melakukan pemetaan
7 aset/modal yang sekolah miliki dan hal ini baru pertama kami laksanakan. Dan
saat ini mulai ada ide-ide baru yang ingin saya kembangkan dan prakarsai untuk
dilakukan di sekolah dengan menerapkan metode BAGJA atau 5D (Define, Discovery,
Dream, Design, Destiny/Deliver) dengan berkolaborasi bersama warga sekolah termasuk
di dalamnya murid kelas saya untuk menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan
bagi mereka.